Wakil Ketua DPRD Kota Solok Eferiyon Coneng, Paskibra Adalah Langkah Awal Dalam Menghadapi Masa Depan 

Wakil Ketua DPRD Kota Solok Eferiyon Coneng, Paskibra Adalah Langkah Awal Dalam Menghadapi Masa Depan 

HORIZONE  -  Pemerintah Kota Solok mengadakan temu ramah Paskibra dengan jajaran Pemko Solok,  Kamis, (18/8) lalu di Balairung 99 kediaman resmi Walikota Solok.

Walikota Solok H.Zul Elfian Umar hadir langsung bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Solok, kepala OPD di lingkungan Pemerintah Kota Solok, para orang tua Paskibra, serta undangan lainnya.

Wakil Ketua DPRD Kota Solok, Eferiyon Coneng dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Paskibra kota Solok yang telah memberikan penampilan terbaiknya selama berlangsung upacara pengibaran  dan penurunan bendera merah putih di lapangan merdeka dalam rangka Hutri ke 77 tahun 2022.

Di katakan Eferiyon, penampilan terbaik tersebut adalah buah dari latihan keras yang telah dijalani bersama para pelatih dari Kodim 0309 Solok.

Politisi  Partai Amanat Nasional ini menilai komitmen dan keseriusan mengikuti serangkaian latihan yang diberikan oleh pelatih dari Kodim 0309/Solok, berhasil memukau seluruh mata hadirin. 

Wakil Ketua DPRD Kota Solok ini berpesan, agar tidak berpuas diri dengan apa yang telah diraih . Ini adalah langkah awal untuk menatap masa depan yang masih panjang.

Perjuangannya belum selesai karena tuntutan masa depan juga  menunggu komitmen untuk diperjuangkan, maka jadikanlah kesempatan sebagai Paskibra untuk dapat menjadi seorang abdi negara atau untuk mencapai apa yang dicita citakan, ungkap Coneng.

Pada.bagian lain Eferiyon Coneng,  menceritakan perjuangan Muhammad Husain Al Muthahar dalam membentuk Paskibra atau Paskibraka 

Paskibraka lahir pada Jum’at, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta. Tepatnya pada 10.00 pagi, disaat detik detik Proklamasi Kemerdekaan RI, bendera merah putih dikibarkan oleh dua orang pemuda yakni Latief Hendraningrat dan Suhud.

Namun saat agresi Belanda ke II pada 4 Januari 1946, membuat Soekarno dan Hatta meninggalkan Jakarta menunju Yogyakarta dan bendera Pusaka ikut dibawa. Saat itu ibu kota Indonesia sempat pindah ke Yogyakarta.

Disaat Presiden Soekarno memerintahkan Mayor Muhammad Husain Al Muthahar untuk mempersiapkan upacara kenegaraan RI pada 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta, disaat itulah gagasan Paskibraka dikeluarkan oleh mayor tersebut.

Untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, Mayor Muthahar mengusulkan untuk pengibaran bendera dilakukan oleh para pemuda Indonesia. Karena keadaan darurat Indonesia Mayor Muthahar hanya menunjuk 3 Putri dan 2 Putra sebagai perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk pengibaran Sang Saka Merah Putih.

Beranjak dari keberhasilan menjalankan misi  untuk menyelamatkan pengibaran bendera tersebut, Presiden meneruskan perintahnya, dan Mayor Muthahar menangani upacara HUT kemerdekaan tahun selanjutnya. Dalam hal itu, ia menentukan  kelompok Paskibraka terdiri atas 3 kelompok, yakni 17 sebagai pengiring bendera, 8 sebagai pembawa bendera, dan 45 sebagai pengawal.

Angka angka tersebut adalah simbol dari tanggal proklamasi republik Indonesia, dan itulah yang terus dilanjutkan sampai sekarang.

Eferiyon Coneng mengakhiri dengan sebuah kalimat bermakna luar biasa, " Disaat sebuah perjuangan menghasilkan suatu komitmen, disitulah hasil tak akan menghianati proses, maka, teruslah berjuang tanpa menjatuhkan dan semoga Paskibra terus berjaya tanpa merendahkan " .

( Aznul Hakim )

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow