MENGIKHLASKAN PIUTANG

Oleh DR. Gamawan Fauzi

MENGIKHLASKAN PIUTANG

Delapan tahun lebih tidak ketemu dan tidak ada komunikasi sama sekali, tiba tiba seorang teman lama  me WA saya. Belum sempat saya membalas WA tersebut dia langsung menefon. Mungkin karena dia melihat saya sudah membaca WA nya. 

Tentu saja saya heran dan bertanya, kemana selama ini ? Dia menjawab bahwa  selama ini dia sengaja tak ada komunikasi karena saya segan, saya jatuh miskin, saya dijauhi teman teman yang sama berusaha dengan saya. 

Saya benar benar tak punya uang dan harta ,dan saya bangkrut, katanya. 
Lalu  saya bertanya lagi, nah.. sekarang kenapa nelfon saya dan komunikasi lagi ?

Katanya karena saya sekarang sudah bangkit lagi dan saya sudah diberi lagi rejeki oleh Allah. Saya mau  ajak bapak hadir meresmikan rumah saya. Saya bangun rumah di atas tanah 800 meter dan bangunan lebih dari 1200 meter , bertingkat tiga. Nilainya lebih dari 22 Milyar. 

Usaha saya selama covid Alhamdulillah berkembang baik.
Semua utang saya sudah saya lunasi dan  sekarang saya punya tempat usaha di 7 lokasi dan cukup maju, katanya.

Alhamdulillah , luar biasa,  kata saya. 
Iya, Alhamdulillah, katanya. 

Bagaimana itu bisa terjadi ? Tanya saya.
Lalu dia bercerita. Bahwa kalau Allah mau mengambil harta yang ada pada kita, sebentatar saja sudah habis. Dan kalau Allah mau mengasih kita, sebentar saja  juga datang dari pintu pintu yang saya tidak tau. 

Apa saja yang dilakukan dalam berusaha,  mudah saja menghasilkan uang. Setiap yang saya jual, mudah saja lakunya. Saya juga heran dan tak mengerti. Disaat orang susah berdagang, saya justeru mudah dan selalu diberikan kemudahan oleh Allah.

Saya makin ingin tau. Apa  rahasia bisa  sukses itu ?  Saya juga tidak tau, tapi saat bangkrut dan memulai kembali usah tersebut,  Saya mengikhlaskan semua utang utang orang lain kepada saya. Saya tidak berfikir lagi menagihnya. 

Soal dia tidak membayar utangnya kepada saya, biarlah urusan dia dengan Allah, tapi bagi diri saya dan pikiran saya sudah selesai, sudah saya lupakan dan ikhlaskan.

Disamping itu, saya rajin bersedekah  dan menolong orang justeru di saat saya tidak punya apa apa . Apa yang  saya mililiki,  saya sedekahkan semampu saya,  kalau ada yang minta bantuan, katanya.

Dua hari sebelum ada telfon itu, seorang ustad dalam pengajian mingguan kami juga mengisahkan pengalamannya. Bahwa suatu pagi, dia bersedekah 50.000 rupiah, ustad tersebut sudah melupakan sedekah itu. 

Sore harinya beliau ketemu seorang Saudagar karpet asal pelembang. Tiba tiba dia memberi saya uang 5 juta rupiah saat shalat di mesjid.

Cerita " keajaiban " sedekah semacam ini sudah sering di dengar. Ada yang sakit parah kemudian karena dia banyak bersedekah, tiba tiba sembuh, bahkan dalam kisah islami semasa nabi 

Ibrahim, seorang yang telah di tentukan ajalnya besok pagi ternyata tak jadi meninggal . 

Nabi Ibrahim bertanya kepada malaikat, kenapa bisa begitu ? Karena Allah memperpanjang usianya disebabkan separo hartanya di sedekahkan malam harinya. 

Tapi kisah melupakan dan mengikhlaskan piutang atau ditipu uang oleh orang lain jarang kita dengar, apalagi bila jumlah besar. Mudah mengatakan tapi berat mengamalkan. 

Enak saja menikmati uang saya. Saya susah payah berusaha mendapatkan uang, dia enak saja menipu, atas nama utang, lalu memilikinya. 

Perasaan seperti itulah yang biasanya mendera orang orang yang ditipu atau punya piutang. Sementara Yang mempunyai utang beragam pula karakternya. 

Ada yang setiap waktu berusaha sekuat tenaga melunasi utangnya karena bermacam faktor. Ada faktor kejujurannya karena menyangkut harga diri, memelihara kepercayaan atau karena faktor agama. 

Dia berutang memang karena sangat membutuhkan dan dia juga berniat mengembalikannya dengan segala usaha. Bila dia belum mampu membayar, dia tetap memberi tahu orang tempat dia berutang, meminta maaf karena belum mampu membayar.  

Tapi ada juga jenis orang yang berutang yang tak peduli dengan utangnya. Sejak awal berutang memang tidak berniat membayarnya dan merasa nyaman nyaman saja karena rendahnya moral dan akhlak, bahkan tidak merasa takut dengan dosa karena sudah terbiasa, dan sudah menjadi habbitnya seperti itu. Dia ringan ringan saja melupakan utang dan biasa biasa saja tidak membayarnya.  

Orang seperti ini terus saja merambah banyak korban, utangnya berserak serak dan tak pernah menjadi beban bathinnya. Tidurnya pulas saja. Tak ada rasa malu bila ketemu dengan orang tempat dia berutang atau menipunya. Bila perlu tak ketemu lagi orang tempat dia berutang. Dia selalu menjauh.

Ustad Abdul Somad/ UAS, dalam sebuah tausiahnya mengatakan bahwa seseorang yang meninggal karena jihad fisabilillah sekalipun, walau dia berhak mendapat sorga,  tidak akan masuk sorga disebabkan utangnya di dunia belum di lunasinya. Selesaikan dulu utangnya, baru bisa masuk sorga. 

Bagamana mungkin mencari orang tempat berutang di padang mahsyar yang sangat luas itu. Catatan statistik yang pernah saya baca, bahwa hingga saat ini, manusia yang pernah hidup di muka bumi berjumlah 102,8 milyar orang, dan terus akan bertambah hingga kiamat datang.

Bertausiah dengan ilmu adalah pekerjaan yang tidak ringan, karena perlu mengerti dan paham dengan apa yang disampaikan, tapi mengamalkan tausiah dengan kesadaran akan kehidupan akhirat yang kekal abadi jauh lebih berat, karena akan bertarung hebat dengan syahwat dan godaan syaithon yang tiada henti.

Karena itu, keikhlasan teman saya yang mengikhlaskan semua piutangnya disaat dia sulit adalah sesuatu yang luar biasa. Pertarungan bathinnya tak ringan, mungkin dia sudah masuk level pengamal islam yang Kaffah.

Markus Aurelius , seorang filosof, mengatakan, satu satunya kekayaan yang kamu simpan selamanya adalah kekayaan yang telah kamu berikan. 

Itu pulalah mungkin, Allah membayar kontan keikhlasannya itu dengan rejeki melimpah, yang dia sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa dapat sebanyak itu.

ALLAH memberikan dia rejeki dari pintu pintu yang tidak disangka sangka. Padahal saat dia memulai usaha setelah bangkrut itu, dia juga berutang kepada orang. Alhamdulillah masih ada satu orang yang percaya meminjamkan uang saat saya jatuh miskin ,katanya. Dia kemudian membagi untung usahanya dengan orang tempat dia berutang itu dan sekarang sudah saya kembalikan uang teman itu, katanya.

Wallahualambissawab.

Jakarta, 2 November 2022


DR. Gamawan Fauzi

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow